
Terbatasnya teman dekat serta kelangkaan kontak
sosial dikatakan sebagai penyebab munculnya kesepian. Namun demikian,
mencari teman saat kesepian pun bukan perkara mudah, karena saat
kesepian, individu cenderung akan bereaksi negatif atas keadaan
disekitarnya. Perasaan negatif tersebut juga akan mempengaruhi cara
individu berinteraksi dengan orang lain. Di kehidupan sehari-hari, saat
merasa kesepian, individu menjadi lebih cepat marah, berprasangka buruk,
sensitive dan besar kemungkinan melebih-lebihkan segala sesuatu.
Lalu bagaimana cara untuk mengatasi kesepian.
Sebuah penelitian yang dilakukan dibeberapa negara didunia menemukan
bahwa terdapat beberapa faktor yang akan membantu mengurangi perasaan
kesepian. Secara garis besar cara yang banyak digunakan adalah:
1. Menerima
perasaan kesepian tersebut: Dengan tidak menyangkal rasa sepi yang
melanda, individu diharapkan mampu berpikir positif dan mencari jalan
keluar yang tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Menyangkal
rasa sepi bisa mengakibatkan individu mengatasi dengan cara kedua,
yaitu:
2. Berpaling pada minum-minuman keras dan zat berbahaya lainnya.
3. Mencari bantuan professional: bergabung dengan komunitas atau orang-orang yang juga kesepian atau berkonsultasi dengan psikolog
4. Mencoba menjalin kembali hubungan dengan koneksi sosial yang pernah dimiliki
5. Meningkatkan keaktifan dengan berbagai cara: menenggelamkan diri dalam pekerjaan, organisasi sosial, dll.
6. Mendekatkan diri ke faktor religiusitas dan kepercayaan.
Namun, penggunaan keenam cara mengatasi
kesepian ternyata juga dipengaruhi oleh budaya. Sebagai contoh, individu
dikawasan Amerika Utara, yang budaya nya mengedepankan individualistic
(dimana tingkat kompetitif yang tinggi dan mengedepankan keberhasilan
setiap individu sebagai hal utama) maka cara yang dianggap paling
membantu adalah dengan menerima perasaan kesepian dan mencoba mencari
bantuan dari pihak professional atau psikolog. Tidak hanya itu,
penggunaan minum-minuman keras dan zat berbahaya lainnya sebagai cara
untuk mengatasi kesepian juga paling banyak ditemukan di kawasan Amerika
Utara dibanding kawasan lainnya diseluruh dunia. Menurut penulis hal
tersebut juga dipengaruhi oleh sulitnya mencari dukungan sosial, dengan
rasa individualism yang tinggi, individu akan cenderung untuk memikirkan
dirinya sendiri dan seakan-akan melupakan orang lain. Pada tahap
tertentu, individu justru berpendapat lebih mudah melarikan diri ke
minum-minuman keras karena sulitnya mencari dukungan sosial.
Untuk Negara yang kultur budayanya cukup dekat
dengan agama dan kepercayaan (seperti kawasan Asia Tenggara dan Amerika
Selatan) maka penggunaan metode mendekatkan diri ke faktor religiusitas
lebih banyak digunakan. Jika dibandingkan, metode pendekatan diri ke
faktor religiusitas lebih banyak digunakan oleh wanita dibanding pria.
Namun secara garis besar, wanita di kawasan
Amerika Utara dan Asia Tenggara, lebih banyak menggunakan cara menerima
perasaan kesepian. Untuk kaum pria, mereka lebih banyak menggunakan cara
meningkatkan keaktifan dengan berbagai cara. Hal tersebut dikatakan
karena pria lebih terkait baik dengan pekerjaan maupun aktivitas saat
santai dibanding wanita.
Kesepian merupakan satu dari berbagai perasaan
yang tidak ingin dimiliki oleh individu. Namun demikian, ada saatnya
dimana kita tidak bisa terlepas perasaan tersebut. Oleh karena itu,
kenalilah diri anda dan, meskipun sulit, usahakan sebaik mungkin untuk
menghindari kesepian. Jika memang pada akhirnya perasaan tersebut tidak
bisa terhindar, segera temukan cara yang anda rasa paling tepat
mengatasi kesepian anda.
Nova JoNo Ariyanto
Sumber:
Marano, H.E. The danger of loneliness. 2007. Diambil online dari http://www.psychologytoday.com/articles/200308/the-dangers-loneliness pada 30 Juni 2010.
Rokach, A., Bacanil, H. , & Ramberan, G. 2000. Coping with loneliness: a cross-cultural comparison. European Psychologist, Vol. 5, No. 4, December 2000, pp. 302-311
Rokach, A. 1999. Cultural background and coping with loneliness. The Journal of Psychology; Mar 1999; 133, 2; Academic Research Library pg. 217
Williams, R.B. 2010. Loneliness, like happiness, can be contagious. Diambil online dari http://www.psychologytoday.com/blog/wired-success/201006/loneliness-happiness-can-be-contagious pada 1 Juli 2010.
Picture taken from http://www.flickr.com/photos/bianca_r/3638665355/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar