Dalam hubungan cinta, ada sebuah masa yang secara tak resmi disebut
sebagai “masa bulan madu”, yaitu masa di mana pasangan terlihat sangat
sempurna dan kita merasa sangat bahagia hanya dengan keberadaannya di
samping kita. Tapi, berdasarkan penelitian Dr. Dorothy Tennov, “masa
bulan madu” ini hanya berlangsung paling lama dua tahun saja. Setelah
itu, perasaan cinta yang menggebu-gebu tadi mulai mengalami penurunan.
Kita mulai melihat kekurangan di diri pasangan, misalnya jerawat di
wajahnya yang dulu tidak kita gubris. Atau, perilaku pasangan yang
tadinya biasa saja mulai terasa mengganggu. Contohnya, gaya cuek yang
dulu terlihat cool mulai terasa sebagai bentuk ketidakpedulian,
hobi ber-olahraga pasangan yang tadinya merupakan aspek positifnya
mulai dipersepsi sebagai upaya melarikan diri dari diri kita, dan
lain-lain.
Konsultan yang mempelajari hubungan cinta, Gary Chapman (1996),
melihat bahwa kesalahan terletak pada definisi pasangan tentang cinta
dan komunikasi cinta yang dilakukan pasangan. Chapman (1996) mengatakan
bahwa apa yang kita rasakan pada “masa bulan madu” harusnya tidak
dianggap sebagai cinta. Perasaan yang membuncah tersebut sebenarnya
hanyalah reaksi fisik kita saja terhadap pasangan. Ini adalah perasaan
saat tubuh kita menemukan tubuh lain yang cocok untuk membuat keturunan.
Menurut Chapman, cinta justru adalah perasaan yang berhasil kita
tumbuhkan pada masa setelah “masa bulan madu”. Yaitu pada masa kita
sudah bisa menerima kekurangan dari pasangan dan berkomunikasi dengan
baik dengan pasangan.
Berdasarkan pengalaman Chapman selama 20 tahun, komunikasi antar
pasangan dapat dilakukan dalam 5 cara. Chapman menyebutnya sebagai “Lima
Bahasa Cinta”, dan manusia yang merasa komunikasinya dengan pasangan
belum baik artinya dia belum menemukan “bahasa” cinta yang digunakan
oleh pasangan.
“Bahasa” cinta ini didapatkan oleh tiap manusia seperti ia
mendapatkan bahasa yang ia gunakan sehari-hari. Manusia mempelajari
“bahasa cinta”-nya dari melihat kondisi di sekitar dan dari mengikuti
dorongan yang ia dapatkan dari dalam. Seseorang yang melihat ayahnya
sering memberikan hadiah kepada ibunya akan menggunakan cara yang sama
untuk mencoba menyenangkan pasangannya (padahal mungkin pasangannya
tidak mementingkan hadiah fisik). Orang yang senang dipeluk akan memeluk
pasangannya untuk mencoba membahagiakannya (padahal mungkin pasangannya
membutuhkan sebuah diskusi untuk menyelesaikan masalahnya). Cara
terbaik agar kita mendapatkan timbal-balik yang baik dari komunikasi
kita dengan pasangan adalah dengan mencari tahu “bahasa cinta” pasangan
dan memberitahu pasangan tentang “bahasa cinta” kita sendiri.
Berikut adalah lima “bahasa cinta” yang ditemukan oleh Chapman:
1. Kata-kata pendukung dan pujian: ada beberapa orang yang mengharapkan pujian dari orang yang mereka cintai. Ia senang jika usahanya mendapatkan feedback
positif dari keluarga dan pasangannya. Ia tumbuh di lingkungan yang
memberi pengakuan dari tiap prestasinya, dan orang-orang ini akan
mengharapkan pasangannya untuk memberikan hal yang sama untuk dirinya.
Untuk orang-orang yang memiliki “bahasa” ini, pujian atas rambut yang
baru dipotong akan lebih berharga daripada hadiah seperti coklat dan
perhiasan.
Orang yang memiliki “bahasa” ini juga biasanya lebih sensitif dengan
penggunaan nada bicara. Ia akan lebih merasa sedih jika pasangan
menggunakan nada bicara yang keras. Mereka juga akan lebih bersedia
untuk bekerja sama (misalnya, untuk mencuci baju atau pekerjaan rumah
tangga lainnya) jika kita memintanya dalam bentuk bahwa kita membutuhkan
kemampuannya. Daripada mengatakan, “betulkan kamar mandi sebelum rumah
ini banjir”, lebih baik kita mengatakan, “menurutmu apakah kamu sempat
membenarkannya hari sabtu ini?”
2. Quality time: kita sudah sering mendengar cerita mengenai
orang-orang yang merasa tidak bahagia, padahal pasangannya sukses dalam
karirnya dan ia memiliki semua fasilitas yang dibutuhkan. Hal ini
terjadi karena orang tersebut lebih mengharapkan untuk bisa menghabiskan
waktu yang berkesan dengan pasangannya daripada semua fasilitas yang
dimiliki. Orang-orang dengan “bahasa” ini akan sangat senang jika dapat
bepergian bersama dengan pasangannya atau hanya tinggal saja di rumah
untuk mengobrol dengan pasangannya.
Jika berbicara dengan orang-orang dengan “bahasa” ini, ia akan sangat menghargai jika kita menjaga eye-contact, tidak menyela pembicaraan mereka dan tidak melakukan hal lain seperti mengecek handphone kita. Mereka juga akan senang jika kita mencoba ikut menyukai hobi yang mereka miliki dan melakukannya bersama.
3. Hadiah: Orang yang memiliki “bahasa” ini akan merasa
susah jika ia berpasangan dengan pasangan yang terlalu hitung-hitungan.
Jika kamu memiliki pasangan yang memiliki “bahasa” ini, Gary Chapman
tidak menyuruhmu untuk berubah menjadi orang yang boros. Tapi, ada
baiknya agar kamu secara khusus membuat anggaran khusus untuk
membelikannya hadiah.
4. Pelayanan: Walau bukan berarti harus dilayani terus
menerus, ada orang yang merasa senang jika pasangannya melakukan hal
spesial untuk dirinya. Jika kamu memiliki pasangan yang senang jika
mendapatkan perlakuan khusus darimu, mungkin adalah ide baik untuk
sesekali membuatkannya sarapan khusus. Untuk mereka yang sudah menikah,
kamu bisa sesekali membereskan rumah sebelum pasangan pulang. Bukan
kondisi rumahnya yang diinginkan pasangan, tapi bentuk usahamu untuk
menyenangkannya yang ia cari.
5. Sentuhan fisik: Kulit kita dipenuhi dengan reseptor
syaraf, dan beberapa orang sangat senang jika pasangannya menyentuh
kulit mereka dengan perasaan sayang. Karena itu, banyak orang yang
senang dipeluk dan dibelai. Seperti orang dengan “bahasa” lainnya, dia
akan lebih senang untuk duduk berdua saja sambil bersentuhan fisik
daripada jika kamu repot-repot membuat makanan yang memerlukan waktu
masak yang lama.
Bagaimanakah cara untuk mengetahui “bahasa cinta” yang dimiliki
pasangan? Menurut Chapman, ada dua cara. Pertama, adalah dengan
menanyakan pada pasangan, “apa saja hal yang aku lakukan yang membuat
kamu sangat senang?” Kamu juga bisa bertanya, “saat kita bertengkar,
apa yang aku lakukan yang membuat kamu sangat terluka?” Jika jawabannya
adalah kata-kata yang kasar, maka mungkin bahasa cinta pasanganmu adalah
Kata-kata Pendukung. Jika jawabannya adalah kamu yang mendiamkan
dirinya, mungkin bahasa cinta pasanganmu adalah Quality Time.
Cara kedua adalah memperhatikan hal yang paling sering diminta oleh
pasangan. Jika ia sering meminta dibelikan sesuatu, maka mungkin bahasa
cintanya adalah Hadiah. Jika ia sering memintamu membereskan baju yang
kamu taruh sembarangan, mungkin bahasa cintanya adalah Pelayanan. Oh ya,
ada kemungkinan satu orang memiliki lebih dari satu bahasa cinta yang
dominan. Setelah mengetahui bahasa cinta pasanganmu (dan mengajak
pasangan mengetahui bahasa cintamu), mulailah saling memberikan apa yang
dibutuhkan pasanganmu.
Bagaimana menurutmu? Apakah bahasa cintamu dan pasangan? Apakah kamu memiliki bahasa cinta yang lain? Share jawabanmu di bagian comment, ya. Selamat berkomunikasi dengan pasangan!
Sumber:
Chapman, Gary. (1997). Lima Bahasa Kasih. Jakarta: Professional Books.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar